WWR 1997_11_10_TIRAS Kita Dilatih Takut Ber-BI-c
Tadinya memang namanya bukan bahasa Indonesia, tetapi bahasa Melayu. Dan karakternya yang terpenting adalah keterbukaan yang luar biasa. Keterbukaan untuk menerima pengaruh dari bahasa-bahasa yang macam-macam. Ini saya kira pelajaran yang terpenting untuk kita di zaman apa pun, bahwa keterbukaan dan pertemuan antarbudaya merupakan sumber dinamika dan energi yang luar biasa.
Sekarang ini kan di mana-mana banyak orang justru mengejar keaslian, kemurnian sesuatu, dan mencoba membersihkan campur-aduk percampuran berbagai macam kebudayaan. Ini justru menakutkan sekali. Justru kalau kita lihat, bahasa Melayu itu menerima apa saja. Bahasa Arab ditampung. Bahasa Portugis ditampung. Bahasa Inggris, bahasa Cina ditampung. Bahasa Jawa ditampung.
“Kita Dilatih Takut Berbahasa Indonesia”, wawancara Anton Bahtiar Rifa’i, Tiras, 3(41/ 10 Nopember) 1997: 56-58.
kata kunci: asing, bahasa, elitisme, keraton, Melayu, pedagang, terbuka
Catatan: bagian akhir terpotong.