Perjuangan Mereka akan Berimbas pada Lapisan Bawah

Kelas menengah sangat plural. Tidak bisa dikatakan semua lapisan menengah itu baik atau jelek. Ada kalanya sebagian dari mereka menjadi opportunistik. Sebagian lain sangat radikal. Ketika keadaan mendesaknya ke bawah, perilaku kelas menengah akan menjadi radikal. Sebaliknya, ketika melambung ke atas, ia akan cenderung opportunistik.

Syaify, Ahmad (1995), “Ariel Heryanto: Perjuangan Mereka akan Berimbas pada Lapisan Bawah”, Tekad (suplemen Republika), 30/01/1995, hal 8.

kata kunci: demokratisasi, kapitalis, kelas menengah, kepentingan, kontradiksi, Marx, Weber

Sastra Punya Peran Politik yang Subversif

Jadi di mana fungsi politik sastra? Dia memberikan alternatif untuk memahami kebenaran yang beragam, yang ditindas oleh ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan hanya dikenal satu jenis kebenaran, yaitu yang bisa dibuktikan secara ilrniah. Padahal di dalam alam manusia, kebenaran itu bukan hanya kebenaran ilmiah.

Setiyoko, Edy (1995) “Dr. Ariel Heryanto: Sastra Punya Peran Politik yang Subversif”, Tekad (Republika), 16/01/1995.

kata kunci: fiksi, Lekra, pluralitas, realisme sosialis, sastra kontekstual, universal,

Profesor Ariel Heryanto, Akademisi Asal Indonesia di Australia yang Terus Upayakan Persahabatan Dua Negara

Klik WWR-2020_03_27_ABC Profesor Ariel Heryanto-c

Salah satu akademisi asal Indonesia yang bekerja di luar negeri adalah Profesor Ariel Heryanto. Dalam beberapa tahun terakhir, ia memimpin lembaga bernama ‘Herb Feith Indonesian Engagement Center’, bagian dari Monash University di Melbourne.

Ariel memulai karir akademiknya di Universitas Satya Wacana di Salatiga, Jawa Tengah, hingga akhirnya bekerja di beberapa negara, termasuk Singapura dan Australia.

Awal Maret lalu, Ariel mengakhiri tugasnya di ‘Herb Feith Indonesian Engagement Center’, sekaligus memasuki usia pensiun.

Wijaya, Sastra (2020) “Profesor Ariel Heryanto, Akademisi Asal Indonesia di Australia yang Terus Upayakan Persahabatan Dua Negara”, ABC Indonesia, https://www.abc.net.au/indonesian/2020-03-27/wawancara-dengan-profesor-ariel-heryanto/12080520

kata kunci: Emeritus, Herb Feith Center, media sosial, Monash University, pendidikan

Ariel: Sama Dengan LBH!

Klik WWR_1996_05_HumOr Sama Dengan LBH-c

Anda bandingkan, kalau Anda membikin rumah dengan pondasi sedeng-sedeng, rumahnya sedeng-sedeng saja, nggak apa-apa. Tapi kalau kita bikin rumah bertingkat dua, tiga atau empat, sementara pondasi tidak diubah, ya … ambruk! Dan ini yang saya perhatian di banyak lembaga.

Sedewi, Rinta dan Hidayat, Nur (1996) “Ariel: Sama Dengan LBH!”, HumOr, Mei: 71-72.

kata kunci: lembaga, sejarah, swasta, Tempo, UKSW, universitas

Di Asia, Indonesia Kalah Berpengaruh Dibanding Singapura dan Malaysia

WWR_2018 Di Asia, Indonesia Kalah Berpengaruh Dibanding Singapura dan Malaysia-c

Kesan saya, secara umum para politikus Indonesia dan masyarakat pada umumnya sejak tahun 1970-an sibuk dengan masalah-masalah dalam negeri . . . Jadi mereka kurang berminat menjadi pemain besar dunia. Tidak seperti zaman Bung Karno yang mengguncang-guncang dunia sejak proklamasi 1945

Wijaya, Sastra (2018) “Di Asia, Indonesia Kalah Berpengaruh Dibanding Singapura dan Malaysia”, ABC News, 10/05/2018, http://www.abc.net.au/indonesian/2018-05-10/pengaruh-indonesia-di-asia-dibawah-singapura-dan-malaysia/9747332

kata kunci: Asia Power Index, Lowy Institute

FILM INDONESIA: Tak Sekadar Urusan Pasar

WWR 2018_02_03_KB-13 Tak Sekadar Urusan Pasar-c

“Yang perlu kita bicarakan bukan sekadar mutu satu atau dua film. Yang perlu kita bicarakan adalah sebuah ekosistem perfilman yang sehat, kreatif dan etis. Film dan penonton hanya merupakan sebagian unsur-unsurnya”

Sudarwan, Ilman A. (2018) “FILM INDONESIA: Tak Sekadar Urusan Pasar”, Bisnis Indonesia, 3/02/2018: 14.

kata kunci: Aprofi, ekosistem, layar, penonton, produksi

Sejarah Tidak Cuma Hitam-Putih

WWR_Mtv_2017_12_19 Sejarah Tidak Cuma Hitam-Putih-c

“Kita bisa memilih untuk tidak punya agama. Tetapi, kita tidak bisa memilih untuk tidak punya kebangsaan. Mengapa dan siapa yang memaksa? Sebuah proses dan kesepakatan yang sifatnya mendunia dan mutakhir.

Sayang, wawasan internasional dalam kebangsaan atau nasionalisme itu lemah atau lenyap di banyak kalangan di Indonesia.”

Adnan, Sobih AW (2017) “Sejarah Tidak Cuma Hitam-Putih”, metrotv, 19/12/2017, http://m.metrotvnews.com/oped/wawancara/ybDMYjpk-sejarah-tidak-cuma-hitam-putih

kata kunci: global, media, nasion, sejarah