Postmodernisme tidak sama dengan non-modern atau anti-modernisme. Sebuah isme layak disebut pemberontak revolusioner, karena mampu menampilkan ke puncak permukaan apa-apa yang semula laten dan tertindas. Bukan karena isme ini menjungkir-balikkan semua yang pernah ada dan memusnahkannya lalu menciptakan suatu tata-dunia yang secara murni serba-baru.
Heryanto, Ariel (1994) “Postmodernisme: Yang Mana?”, Kalam, 1 (1): 80-93.
kata kunci: bahasa, discourse, humanisme, Kalam, modernisme, penerjemahan, postmodernisme, wacana
