Intelektual di Indonesia sekarang mengalami masa sulit. Bila orang lulus PhD lalu menjadi bintang, diwawancarai di mana-mana, tampil di seminar-seminar, dan dia tak perlu baca banyak. Yang penting dia mau memaki-maki penguasa dan kekuasaan. Dia lalu jadi bintang. Karena situasi yang seperti itu intelektual di Indonesia terbelah menjadi dua. Satu yang mengabdi kepada kekuasaan, dan mereka yang sangat kritis.
“Ariel Heryanto”, wawancara Bre Redana, Kompas, 29/12/1996: 2.
kata kunci: diaspora, identitas, intelektual, kapitalisme, maskulinitas, rantau, TKI
