WWR 1996_12_29_K Ariel Heryanto-c
“Intelektual di Indonesia sekarang mengalami masa sulit. Yang pertama, seperti sudah sering dibilang orang, bila orang lulus PhD lalu menjadi bintang, diwawancarai di mana-mana, tampil di seminar-seminar, dan dia tak perlu baca banyak. Yang penting dia mau memaki-maki penguasa dan kekuasaan. Dia lalu jadi bintang. Karena situasi yang seperti itu intelektual di Indonesia terbelah menjadi dua. Satu yang mengabdi kepada kekuasaan, dan mereka yang sangat kritis.”
“orang Indonesia tidak kurang pintarnya. Cuma seperti teman-teman di dunia film itu Iho, kondisi tidak memungkinkan mereka berkarya dengan bagus. Bukan karena mereka tidak kreatif. Aku yakin, banyak orang Indonesia mampu. Einstein itu bila dilahirkan di pegunungan di Irian, Kalimantan, atau di pelosok Jawa, Gunung Kidul, susah dia mengembangkan diri. Seorang Einstein sekali pun. Jadi teman-teman itu dalam kondisi sulit.”
“Ariel Heryanto”, wawancara Bre Redana, Kompas, 29/12/1996: 2.
kata kunci: diaspora, identitas, intelektual, kapitalisme, maskulinitas, rantau, TKI