Antara Dulu dan Sekarang

Benarkah masa kini tidak lagi ada kaum muda Indonesia yang idealis, jujur, bersemangat-juang, berani membela kebenaran dan hak-hak asasi manusia seperti di zaman kolonial?

Heryanto, Ariel (1993) “Antara Dulu dan Sekarang”, Jakarta-Jakarta, 371, 14-20 Agustus 1993, hal. 74, 75.

kata kunci: haatzaai artikelen, Jakarta-Jakarta, kolonial, nostalgia, pemuda, propaganda, sejarah, Sumpah Pemuda

Sampul Kaset Palu-Arit

Di situ teks dianggap dapat mewakili langsung suatu realita. Atau bahkan bagian dari realita itu sendiri. Konon di banyak negeri komunis ada kewajiban bagi rakyat untuk memasang potret wajah ketua partai di gedung-gedung pertemuan. Ini dianggap sama dengan kesetiaan atau pemujaan kepada sang pemimpin besar.

Heryanto, Ariel (1993) “Sampul Kaset Palu-Arit”, Jakarta-Jakarta, No. 383, 6-12 November 1993, hal. 26, 27.

kata kunci: Atiek CB, hantu, Idrus, Jakarta-Jakarta, kaset, Komaruddin Hidayat, Palu-Arit

Dewi Syuga: Kok Pintar, Kog Cantik, Kok Bebas

Atas nama citra bangsa dan norma-norma ketimuran
demi stabilitas dan keamanan negeri
kami harus angkat bicara
Mencaci kamu: ha-hi-hu-ha-hu
. . .
“Kamu kog bebas
Kok pintar
Kok cantik
Kami tidak terima!

Heryanto, Ariel (1993) “Dewi Syuga: Kok Pintar, Kog Cantik, Kok Bebas”, Jakarta-Jakarta, No. 385, 20-26 November 1993, hal. 26, 27.

kata kunci: Dewi Syuga, erotika, estetika, iklan, Jakarta-Jakarta, KB, perempuan, tubuh

Pasca-nasionalisme

Kemerosotan nasionalisme juga perlu dikaitkan dengan pesatnya pertumbuhan beberapa identttas dan solidaritas sosial yang lain. Misalnya yang berbasis keagamaan, etnisitas, kelas sosial, dan gender. Mereka menyaingi, mengungguli, atau merangkul identitas/ solidaritas nasional.

Heryanto, Ariel (1995) “Pasca-nasionalisme”, Kompas, 14 September 1995, hal. 4, 5.

kata kunci: Ben Anderson, identitas, Joel Kahn, kemerdekaan, Kompas, Liga Dunhill, Mike Tyson, nasionalisme, pasca-nasionalisme, To Liong To

Ilmu Politik, Masihkah Berguna?

Dalam kajian tentang Indonesia pernah tampil karya Clifford Geerts yang membicarakan negara sebagai teater dengan acuan empirik Bali abad 19. Lalu ada analisa cemerlang Benedict Anderson tentang bangsa di mana pun di dunia sebagai fiksi. Belakangan gugatan terhadap rasionalitas bertumbuh di kalangan cendekiawan muda Indonesia dalam telaah pascamodernisme.

Heryanto, Ariel (1994) “Ilmu Politik, Masihkah Berguna?”, Kompas, 23 September 1994, hal. 4.

kata kunci: Benedict Anderson, cekal, Clifford Geertz, fiksi, film, ilmu politik, kajian budaya, Kompas, sensor, SIUPP, teater

Tanggapan Afan Gaffar: 1994_10_18_K_Sosiologi, Ilmu Ekonomi Dll-c

Tiada Demokrasi yang Tak Retak

1996_04_29_JP Tiada Demokrasi yang Tak Retak-c

Heryanto, Ariel (1996) “Tiada Demokrasi yang Tak Retak”, Jawa Pos, 29 April 1996, hal. 4, 5.

kata kunci: demokrasi, HKBP, Jawa Pos, NU, PDI, perpecahan, swasta, tandingan, TEMPO, UKSW, YLBHI

Tanggapan:
(1) Hendardi (YLBHI): 1996_04_30 Hendardi Tanggapi AH-c
(2) Dr Riswanda Imawan (UGM): 1996_05_01 Riswanda Imawan Tanggapi AH_20160224_0001-c
(3) Dr Loekman Soetrisno (UGM): 1996_05_09 Loekman Soetrisno Tanggapi AH-c
(4) Cornelius Lay MA (UGM): 1996_05_15 Cornelius Lay Tanggapi AH_20160224_0001-c
(5) Dr Ramlan Surbakti (UnAir): 1996_05_18 Ramlan Surbakti Tanggapi
(6) Mukaffi Riza (pembaca Jawa Pos): 1996_05_03_Tanggapan buat Bung Ariel-c

Kamu di Mana?

Ada suatu zaman sebagian besar orang lahir, besar, bekerja, menikah, mati dan dikubur di dusun yang sama. Yang merantau jauh, pulang kampung halaman. Lalu mati dan dikuburkan di tempat yang sama nenek moyangnya lahir, besar, kawin, mati dan dikuburkan juga.

Zaman itu sudah punah. Tapi angan-angan dan kebiasaan dari zaman itu masih tercecer sampai sekarang.

Heryanto, Ariel (2003) “Kamu di Mana?”, Kompas, 7/12/2003.

kata kunci: Asal Usul, bahasa, digital, globalisasi, keluarga, Kompas, perubahan

Santa Cruz

2003_11_09_K-AU Santa Cruz-c

“Andaikan Habibie tidak pernah dilahirkan pun, kemerdekaan Timtim sulit dibendung walau dengan warna, corak, tanggal, dan detail lain yang berbeda. . . . Tentara Indonesia, seperti Habibie, berperan sebagai tokoh pelengkap yang telah digariskan sejarah untuk mempercepat kemerdekaan Timtim.”

Heryanto, Ariel (2003) “Santa Cruz”, Kompas, 9/11/2003.

kata kunci: Asal Usul, Komnas HAM, Kompas, media, penjajahan, Santa Cruz, Timor Timur