Universitas

Tak mudah dipahami mengapa Indonesia berambisi besar pada ranking global yang kurang menghargainya. Terlebih sulit dipahami jika ambisi itu dikejar dengan berbagai sikap yang bertolak-belakang dengan norma pergaulan akademik internasional. Berikut ini beberapa contohnya.

Heryanto, Ariel (2023) “Universitas”, Kompas, 6/05/2023, https://www.kompas.id/baca/opini/2023/05/05/universitas

kata kunci: birokrasi, dosen, internasionalisasi, ranking, scopus

Pamer Kemewahan

Ketimpangan itu tak terelakkan, berkat berfungsinya sebuah tata masyarakat yang tidak adil. Bukan karena oknum pejabat yang korup. Yang mahakorup tata sosialnya. Semakin taat semua warganya mematuhi aturan dan bekerja keras, semakin melebar kesenjangan itu. Sebab aturan dan hukum itu sendiri berpihak pada kaum elite.

Heryanto, Ariel (2023) “Pamer Kemewahan”, Kompas, 25/03/2023, https://www.kompas.id/baca/opini/2023/03/24/pamer-kemewahan

kata kunci: ASN, kapitalis, kelas, oknum, selera, tata sosial, timpang

Teater Koma

Sepanjang abad ke-20, diskusi tentang identitas Indonesia terperangkap serangkaian dikotomi: tradisi versus modern, Timur versus Barat, atau asli versus asing. Dikotomi demikian masih berlanjut hingga kini dengan berbagai istilah lain. Teater Koma adalah satu dari sedikit contoh jawaban jitu bagi pertanyaan besar tersebut.

Heryanto, Ariel (2023) “Teater Koma”, Kompas, 11/02/2023, https://www.kompas.id/baca/opini/2023/02/10/teater-koma

kata kunci: Komedie Stamboel, modern, Nano Riantiarno, Srimulat, tradisi

Marxisme

Jika hukum disusun secara sewenang-wenang dan sulit dilawan, ia akan dilahap masyarakat tanpa dikunyah. Lalu dimuntahkan kembali ke realitas sehari-hari secara kreatif, sesuai selera masing-masing. Hasilnya penuh kejutan dan kocak, sulit dijelaskan dengan marxisme, apalagi dengan ilmu hukum. Berikut ini beberapa contohnya.

Heryanto, Ariel (2023) “Marxisme”, Kompas, 7/01/2023, https://www.kompas.id/baca/opini/2023/01/06/marxisme

kata kunci: bin, g30s/pki, kuhp, pancasila, seks, sukarno

Jatah

Apa yang dapat diharapkan dari pemilu yang terfokus pada individu calon presiden? Puluhan juta pendukung bisa mengantar tokoh populer menuju istana lewat pemilu. Seusai hari pemilu, puluhan juta pendukung itu tidak ikut masuk istana dan meringankan kerja presiden. Jika ia bukan orang terkuat dari partai terkuat, ia akan kikuk di istana yang sudah lama terkepung aneka kekuatan lain. Jika tak ingin digulingkan seperti Gus Dur, ia harus melayani kepentingan berbagai pihak tersebut.

Heryanto, Ariel (2022) “Jatah”, Kompas, 26/11/2022, https://www.kompas.id/baca/opini/2022/11/25/jatah

kata kunci: elit, koalisi, partai politik, politik identitas, pemilu

1 Oktober

Kunci kejayaan Indonesia di masa depan terletak pada pembenahan radikal dalam bidang hukum dan pendidikan. Pendidikan membuka peluang selebar-lebarnya bagi pertumbuhan kreatif anak bangsa. Hukum menutup serapat mungkin peluang dan bakat kita yang bersifat merusak.

Heryanto, Ariel (2022) “1 Oktober”, Kompas, 22/10/2022, https://www.kompas.id/baca/opini/2022/10/21/1-oktober

kata kunci: hukum, impunitas, Kanjuruhan, kekerasan, pendidikan

Normal

Di awal abad ke-20 tidak terbayangkan warga pribumi kelak bisa menjadi kepala negara di wilayah ini. Yakni wilayah yang dipersatukan dengan harga mati oleh operasi militer kolonial.

Di awal abad ke-21 dianggap normal jika pemilu RI selalu menghasilkan presiden pria. Agamanya selalu sama. Juga etnisitasnya. Semua ini mungkin tampak absurd di awal abad ke-22.

Heryanto, Ariel (2022) “Normal”, Kompas, 10/09/2022, https://www.kompas.id/baca/opini/2022/09/09/normal

kata kunci: #gayahidup #kapitalisme #kolonial #ordebaru #penindasan #tren

Budaya Pop

Pembajakan karya warga bawahan oleh elite merupakan kisah abadi yang berulang dalam sejarah. Begitulah sejarah musik jazz, rap dan tarian break-dance. Juga tato dan celana robek sebagai gaya hidup urban di kalangan elite gedongan.

Heryanto, Ariel (2022) “Budaya Pop”, Kompas, 6/08/2022, https://www.kompas.id/baca/opini/2022/08/02/budaya-pop

kata kunci: SCBD, Citayam, Dangdut, Inul

Bukannya Lupa

Jika tersedia informasi dan disinformasi dalam berbagai ragam, yang utama dicari kebanyakan orang bukan yang paling lengkap atau akurat. Tetapi yang cocok dengan pandangan, keyakinan dan kepentingan sendiri. Yang membuat hati nyaman, batin tenteram dan praduga semakin kokoh.

Heryanto, Ariel (2022) “Bukannya Lupa”, Kompas, 21/05/2022, https://www.kompas.id/baca/analisis-budaya/2022/05/20/bukannya-lupa

kata kunci: Ahok, Filipina, hoax, KDRT, sensor, teroris, Trump