Sebuah Republik Tanpa Publik?

Dalam mobil super mewah yang berlalu-lalang di ibukota, duduk warga kota berkulit mulus. Busana tersetrika rapi. Rambut dikeramas rutin dengan shampo kelas wahid. Aroma parfum merebak ruang mobil ber-AC. Sesekali jendela mobil terbuka, dan terlontar sampah ke luar jendela.

Mereka suka kebersihan, tapi tak kenal ruang publik. Kebersihan hanya sebatas ruang milik pribadi: dalam mobil atau rumah sendiri. Yang di luar mobil dianggap “ruang hampa” atau belantara tak bertuan.

Heryanto, Ariel (2009) “Sebuah Republik Tanpa Publik?, Koran Tempo, Senin 28 Desember 2009, hal. C15.

kata kunci: lalu-lintas, mobil, Publik, Republik, sehari-hari, solidaritas, umum

Dipublikasikan oleh

avatar Tidak diketahui

arielheryanto

IG: arielheryanto twitter: @ariel_heryanto facebook: ariel.heryanto

Satu komentar pada “Sebuah Republik Tanpa Publik?”

  1. Menarik, bagaimana ini sebuah cerminan sistem ekonomi kapitalis dengan ideologi neoliberal yg menjunjung tinggi kepentingan privat dan menginjak-injak kepentingan publik. Neoliberalisasi yg sangat manjur diterapkan rezim di bawah pimpinan ‘negarawan hebat’ kita yang mulia Muhammad Soeharto.

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan Balasan ke jadinegara Batalkan balasan