Marxisme

Jika hukum disusun secara sewenang-wenang dan sulit dilawan, ia akan dilahap masyarakat tanpa dikunyah. Lalu dimuntahkan kembali ke realitas sehari-hari secara kreatif, sesuai selera masing-masing. Hasilnya penuh kejutan dan kocak, sulit dijelaskan dengan marxisme, apalagi dengan ilmu hukum. Berikut ini beberapa contohnya.

Heryanto, Ariel (2023) “Marxisme”, Kompas, 7/01/2023, https://www.kompas.id/baca/opini/2023/01/06/marxisme

kata kunci: BIN, G30S/PKI, KUHP, Pancasila, seks, Sukarno

Jatah

Apa yang dapat diharapkan dari pemilu yang terfokus pada individu calon presiden? Puluhan juta pendukung bisa mengantar tokoh populer menuju istana lewat pemilu. Seusai hari pemilu, puluhan juta pendukung itu tidak ikut masuk istana dan meringankan kerja presiden. Jika ia bukan orang terkuat dari partai terkuat, ia akan kikuk di istana yang sudah lama terkepung aneka kekuatan lain. Jika tak ingin digulingkan seperti Gus Dur, ia harus melayani kepentingan berbagai pihak tersebut.

Heryanto, Ariel (2022) “Jatah”, Kompas, 26/11/2022, https://www.kompas.id/baca/opini/2022/11/25/jatah

kata kunci: elit, koalisi, partai politik, politik identitas, pemilu

Normal

Di awal abad ke-20 tidak terbayangkan warga pribumi kelak bisa menjadi kepala negara di wilayah ini. Yakni wilayah yang dipersatukan dengan harga mati oleh operasi militer kolonial.

Di awal abad ke-21 dianggap normal jika pemilu RI selalu menghasilkan presiden pria. Agamanya selalu sama. Juga etnisitasnya. Semua ini mungkin tampak absurd di awal abad ke-22.

Heryanto, Ariel (2022) “Normal”, Kompas, 10/09/2022, https://www.kompas.id/baca/opini/2022/09/09/normal

kata kunci: #gayahidup #kapitalisme #kolonial #ordebaru #penindasan #tren

Budaya Pop

Pembajakan karya warga bawahan oleh elite merupakan kisah abadi yang berulang dalam sejarah. Begitulah sejarah musik jazz, rap dan tarian break-dance. Juga tato dan celana robek sebagai gaya hidup urban di kalangan elite gedongan.

Heryanto, Ariel (2022) “Budaya Pop”, Kompas, 6/08/2022, https://www.kompas.id/baca/opini/2022/08/02/budaya-pop

kata kunci: SCBD, Citayam, Dangdut, Inul

Bukannya Lupa

Sosok “tegas” (dalam arti hiper-maskulin) dirindukan di banyak negara. Kerinduan ini bisa muncul di mana saja, di saat masyarakat luas putus asa dan dikecewakan berat oleh lembaga hukum, politik, agama dan pendidikan. Ketika kekerasan dipandang menjadi cara paling lazim dan manjur untuk menyelesaikan berbagai masalah.

Heryanto, Ariel (2022) “Bukannya Lupa”, Kompas, 21/05/2022, https://www.kompas.id/baca/analisis-budaya/2022/05/20/bukannya-lupa

kata kunci: Ahok, Filipina, hoax, KDRT, sensor, teroris, Trump

Nyai Ontosoroh

Bumi Manusia merupakan kritik pascakolonial. Ia menembus dikotomi kolonial/antikolonial tanpa menyangkal bisa sepenuhnya bebas dari unsur-unsur tersebut. Ia berkisah tentang lahirnya Indonesia sebagai nasion gado-gado. Mirip Indo atau Peranakan. Di situ dikotomi kita/mereka berantakan.

Heryanto, Ariel (2022) “Nyai Ontosoroh”, Kompas, 16/04/2022, https://www.kompas.id/baca/analisis-budaya/2022/04/15/nyai-ontosoroh

kata kunci: Belanda, Bersiap, Bumi Manusia, Eropa, Indo, kolonial, nasional, pascakolonial

Ilmuwan Berserikat

Kebebasan akademik bisa terus ditunggu dan diminta sebagai hadiah dari pemerintah. Bisa juga dicapai lewat perjuangan sendiri dari bawah lewat pembentukan asosiasi independen atau serikat para ilmuwan.

Heryanto, Ariel (2022) “Ilmuwan Berserikat”, Kompas, 5/02/2022, https://www.kompas.id/baca/analisis-budaya/2022/02/04/ilmuwan-berserikat

kata kunci: akademik, BRIN, kritik, otonomi, pemerintah, peneliti