Kemerdekaan Gairah Sebagai Ancaman

Klik 1993_04_11_TIARA Kemerdekaan Gairah Sebagai Ancaman-c

Seksualitas memang punya daya perlawanan subversif terhadap lembaga represi terbesar dalam sejarah modern, yakni negara. Karena itu negara senantiasa berkepentingan membayar mata-mata, mendidik dan menggaji ahli hukum serta polisi untuk mengawasi dan menindas perilaku penis dan vagina yang dianggap ‘tidak disiplin’.

Heryanto, Ariel (1993) “Kemerdekaan Gairah Sebagai Ancaman”, Tiara, No. 76, 11-24 April 1993, hal. 80, 81.

kata kunci: agama, haatzaai artikelen, hukum, kumpul kebo, liberal, moral, seks, Tiara, zinah

Antara Dulu dan Sekarang

Benarkah masa kini tidak lagi ada kaum muda Indonesia yang idealis, jujur, bersemangat-juang, berani membela kebenaran dan hak-hak asasi manusia seperti di zaman kolonial?

Heryanto, Ariel (1993) “Antara Dulu dan Sekarang”, Jakarta-Jakarta, 371, 14-20 Agustus 1993, hal. 74, 75.

kata kunci: haatzaai artikelen, Jakarta-Jakarta, kolonial, nostalgia, pemuda, propaganda, sejarah, Sumpah Pemuda

Dewi Syuga: Kok Pintar, Kog Cantik, Kok Bebas

Atas nama citra bangsa dan norma-norma ketimuran
demi stabilitas dan keamanan negeri
kami harus angkat bicara
Mencaci kamu: ha-hi-hu-ha-hu
. . .
“Kamu kog bebas
Kok pintar
Kok cantik
Kami tidak terima!

Heryanto, Ariel (1993) “Dewi Syuga: Kok Pintar, Kog Cantik, Kok Bebas”, Jakarta-Jakarta, No. 385, 20-26 November 1993, hal. 26, 27.

kata kunci: Dewi Syuga, erotika, estetika, iklan, Jakarta-Jakarta, KB, perempuan, tubuh

Ilmu Politik, Masihkah Berguna?

1994_09_23_K_Ilmu Politik Masihkah Berguna-c

“Dalam kajian tentang Indonesia pernah tampil karya Clifford Geerts yang membicarakan negara sebagai teater dengan acuan empirik Bali abad 19. Lalu ada analisa cemerlang Benedict Anderson tentang bangsa di mana pun di dunia sebagai fiksi. Belakangan gugatan terhadap rasionalitas bertumbuh di kalangan cendekiawan muda Indonesia dalam telaah pascamodernisme.”

Heryanto, Ariel (1994) “Ilmu Politik, Masihkah Berguna?”, Kompas, 23 September 1994, hal. 4.

kata kunci: Benedict Anderson, cekal, Clifford Geertz, fiksi, film, ilmu politik, kajian budaya, Kompas, sensor, SIUPP, teater

Tanggapan Afan Gaffar: 1994_10_18_K_Sosiologi, Ilmu Ekonomi Dll-c